Pemuda Generasi Penerus yang
Berakhlaq Lokal dan Berfikiran Global
Pemuda adalah suatu
generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam harapan, terutama dari
generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi
penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya,
generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat,
pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis
sebagai penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya. Oleh karena itu peran pemuda sangatlah diperlukan untuk
membangun dan memajukan bangsa ini, karena tidak mungkin sekali Estafet
kepemimpinan hanya akan diemban oleh para generasi sekarang atau dalam hal ini
para senior-senior kita yang sedang mengemban tugas untuk memajukan bangsa.
Tugas-tugas mereka akan dilimpahkan kepada kita semua selaku anak-anak mereka.
Dari
berbagai sendi kehidupan manapun, pastilah didalamnya memerlukan peran pemuda
guna untuk melengkapi struktural yang ada pada badan tersebut. Karena semangat
pemuda yang masihg membara dan berapi-api juga sebagai salah satu pendongkrak
perubahan. Jiwa muda mereka tak bisa diremehkan begitu saja, begitu pula dengan
ide-ide cerdas mereka. Yang walaupun kebanykan dari pemuda kita banyak yeng
melakukan hal-hal anarkis yang tidak sepatutnya dilakukan, tetapi harus kita
mengerti juga, kenapa dan apa yang terjadi pada mereka sehingga mereka berbuat
seperti itu. Jikalau kita memantau dari keadaan para pemuda kita dulu sebelum
masa kemerdekaan yang keadaan mereka sangatlah memprihatinkan, pendidikan yang
layak sangatlah sulit untuk didapatkan, karena keadaan yang begitu mencekam
yang disebabkan oleh para penjajah bangsa kita dulu. Tapi disamping itu juga
masih ada para pemuda kita dulu yang msaih prihatin terhadap keadaan tersebut,
oleh klarena itu, melalui ide-ide cerdas dan kemauan mereka untuk merubah
keadaan dengan cara menyatukan pemuda kita dulu, tercetuslah sebuah deklarasi
dari para Pemuda-pemuda kita itu, melalui sebuah momentum bersejarah yang
terjadi pada tanggal 27 s/d 28 Oktober 1928 di Jakarta yang berbunyi sebagai
berikut :
“SUMPAH PEMOEDA”
PERTAMA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA
MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.
KEDOEA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.
KETIGA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.
Adalah Sumpah Pemuda sebagai salah
satu moment penting bagi perubahan bangsa, yang mana para generasi muda pada
saat itu sebagai penggerak atau pelopor Persatuan Nasional dalam simbol Tanah
Air, Kebangsaan, dan Bahasa Persatuan melalui momentum Sumpah Pemuda ini.
Sebagai
salah satu pendongkrak perubahan dan Persatuan Nasional, momentum Sumpah Pemuda
juga dijadikan sebagai wadah untuk menanamkan semangat juang pada para Pejuang
Bangsa. Perasan Keringat dan Banting tulangpun dilakukan demi tanah air
tercinta ini untuk segera menyatukan Visi dan Misi serta bergerak beriringan
untuk mempersatukan Pemuda-Pemuda bangsa Indonesia dari ujung Sabang sampai
Timor-Timur (sekarang Merauke), dari Miangas sampai Talaud, karena pengorbanan
para Pejuang bangsa saat itu tidaklah cukup tanpa bantuan dari Para Pemuda,
karena Pemudalah Bangsa ini dapat terbebas dari Penjajahan dan dapat kita
rasakan nikmatnya kemerdekaan. Dan mungkin masih terlintas dipiran kita saat Bung Karno berpidato pada Upacara
Peringatan Sumpah Pemuda yang mengatakan “
Berikan saya tiga orang pemuda, maka akan saya guncangkan dunia “ dan
kita juga mungkin masih mengingat bahwa salah satu faktor penyebab Berkumandangnya
Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah merupakan perasan keringat dari perjuangan
para pemuda-pemuda bangsa. Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa betapa
pentingnya kehadiran para pemuda dalam menggerakkan roda-roda kehidupan, hatta
itu dalam sebuah organisasi ataupun pemerintahan. Namun kita juga tidak akan
buta untuk melihat keadaan para pemuda kita saat ini yang kebanyakan dari
mereka adalah merupakan orang-orang yang sudah hanyut terbawa derasnya arus Globalisasi.
Bukan tetap bertahan untuk menjaga dan mengembangkan jati diri bangsa, malah
kita bisa melihat sebaliknya. Mungkin para tokoh-tokoh pemuda dulu akan sangat
sedih menyaksikan keadaan ini, kebanyakan pemuda pada zaman sekarang ini lebih
menampakkan rasa egoismenya untuk hanya sekedar mempertahankan jati diri
bangsa, tidak memiliki semangat Patriotisme dan rasa Nasionalismenya. Yang ada
hanyalah jiwa kebarat-baratan atau mengikuti arah global yang membuat jati diri
bangsa hanyut oleh virus Globalisasi dengan trend kebarat-baratan. Bisa kita contohkan melalui
hal yang sangat sederhana, dari percakapan sehari-hari mereka, jarang sekali
ada yang menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar atau dengan penulisan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). “Loe”, “Gue”, “Bro”, “Heip” dan lain-lain
menjadi trend bahasa yang sering dipakai oleh pemuda kita saat ini. Yaaa,,,
walaupun penulis juga sering menggunakannya, tetapi paling tidak melalui Esay
yang sederhana ini penulis bisa sadar diri untuk tidak hanya mengkritisi orang
lain, tetapi juga diawali dari diri penulis sendiri. So,,, Let’s Begin
Together...!!!
Selanjutnya adalah dari cara
berpakaian yang lebih banyak diadopsi dari negara-negara Barat atau dari
negara-negara seperti Korea dan Jepang. Bukan saya katakan tidak boleh,
menghias diri dengan hal yang indah dan sedap dipandang itu adalah hal yang
sangat baik, namun tidak seharusnya juga kita akan meninggalkan trend-trend
busana yang dimiliki oleh negeri sendiri, kita masih memiliki Batik yang
sekarang adalah merupakan salah satu dari warisan budaya dunia, dan jangan
sampai harta benda kita ini lebih digandrungi oleh negara lain dari pada oleh
pemiliknya sendiri. Adapun disektor Industri, kebanyakan dari kita terutama
sekali kaum muda atau remaja lebih senang dengan barang-barang yang bermerek
dari luar ketimbang menggunakan produk dari dalam negeri yang kwalitasnyapun
tidak terlalu jauh beda dengan merek-merek dari luar. Dari hal-hal inipun kita
sudah jauh sekali dengan rasa cinta tanah air, bagaimana kit bisa menjadi
Harapan Bangsa jikalau hal-hal kecil seperti inipun terlupakan.
Dan mohon maaf sebelumnya, dalam
Esay ini saya tidak menampilkan permasalahan-permasalahan yang besar atau
terlalu banyak mengambil dari hal-hal yang bersifat positive, karena apa...?
kebanyakan dari kita malah akan terjatuh dengan hal-hal yang sering kita
remehkan kemudian kita lupakan. Karena seseorang tidak akan tergelincir
gara-gara batu besar, tetapi hanya dengan beberapa kerikillah kita akan
terpeleset. Nah,,, seperti itulah kita sebagai pemuda, jikalau hal-hal kecil ini
kita anggap remeh kemudian kita lupakan, maka bagaimana kita bisa menjadi
Pemuda Harapan Bangsa untuk membangun negeri tercinta di atas Bumi Persada
Nusantara ini.
Maka dari itu sangat diperlukan Golden Ways dalam menghadapi
arus Global dan Virus-virus Westernisasi yang sudah semakin menggila ini, agar
para Agent of Change yang seharusnya sebagai penerus tongkat estafet
kepemimpinan tidak jatuh dalam lobang kerusakan dan supaya bagaimana agar kita
dapat menjadikan diri kita sebagai Pemuda Generasi Penerus yang Berakhlaq Lokal
dan Berfikiran Global agar tidak menyebabkan negeri ini mengalami krisis Sumber
Daya Manusia (SDM) nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar